Makassar, 05 Oktober 2016
 |
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Sulawesi Selatan menggelar Seminar
Ilmiah Perpustakaan dengan tema ‘Penguatan Kelembagaan IPI Sulsel untuk
Pemberdayaan Pustakawan yang Inovatif dan Kreatif’. Seminar yang juga
dirangkaikan dengan musyawarah daerah Ikatan Pustakawan Infonesia (IPI)
Sulsel ini digelar di Aula BPAD Sulsel, Jalan Sultan Alauddin, Rabu, 5
Oktober.
Sebanyak tiga pembicara dihadirkan dalam seminar ini. Mereka adalah
Ambo Intang selaku perwakilan dari Ikatan Apoteker Sulsel, H Damlan
sebagai Pustakawan Utama, dan Pustakawan UIN Alauddin Quraisy Mathar.
 Damlan dalam materinya menyam paikan bagaimana pentingnya seorang
pustakawan yang dianggapnya sebagai ujung tombak perpustakkaan. Menurut
dia, kualitas perpustakaan berbanding lurus dengan kualitas para
pustakawan.
“Ujung tombak perpustakaan adalah prlayanan dari para pustakawannya.
Jika pelayanan tidak baik, maka perpustakaan juga tak akan baik, itu
tugas kita sebagai pustakawan,” kata Damlan yang merupakan salah satu
Pustakawan pertama di Indonesia Timur. Ia melanjutkan, seorang pustakawan harus menyadari tugasnya untuk
memberi pelayanan informasi kepada masyarakat, bukan sekadar menjaga
buku.
“Kita harus menyadari apa tugas dan yang harus dilakukan seorang
pustakawan. Makna perpustakaan harus dipahami, kita adalah pelayan
masyarakat. Pustakawan bukan penjaga buku tapi pelayan informasi,”
ujarnya.
Ia juga mengatakan, menjadi seorang pustakawan juga tak semudah dulu lagi.
“Tidak mudah jadi pustakawan, biar lima tahun jadi kepala
perpustakaan tapi tak memilikki latar belakang keperpustakaan itu tidak
bisa. Dulu menjadi pustakawan tak seperti sekrang yang mminimal SI atau
D3 bidang perpustakaan,” ungkapnya.
“Pustakawan harus memiliki kompetensi dasar, seperti kemampuan
komputer. Jika tak bisa komputer, maka tak bisa lanjut ke kompetensi
selanjutnya untuk menjadi seorang pustakawan,” tutup dia. (Yasir)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar